Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar
DAFTAR ISI.
- Pertanyaan Ke 1 : Siapakah yang tidak wajib mempelajari Aqidah, khususnya Qadar karena dikhawatirkan salah?
- Pertanyaan Ke 2 : Apakah perbedaan antara Qadha’ dan Qadar.
- Pertanyaan Ke 3 : Adakah kekhususan tentang Qadha’ dan Qadar?
- Pertanyaan Ke 4 : Adakah tingkat keimanan kepada Qadha’ dan Qadar?
- Pertanyaan Ke 5 : Segala sesuatu telah ditentukan dan manusia diberi pilihan.
- Pertanyaan Ke 6 : Apakah manusia diberi kebebasan memilih?
- Pertanyaan Ke 7 : Hukum ridha’ terhadap Qadar.
- Pertanyaan Ke 8 : Apakah Do’a bisa merubah ketentuan?
- Pertanyaan Ke 9 : Bagaimana Allah menyiksa manusia sedang itu sudah ditentukan Allah?
- Pertanyaan Ke 10 : Apakah rezeki dan jodoh telah ditulis di Lauh Mahfudz?
- Pertanyaan Ke 11 : Jika perbuatan orang kafir telah ditulis mengapa dia disiksa?
- Pertanyaan Ke 12 : Tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Sesungguhnya manusia beramal dengan amalan Jannah”.
- Pertanyaan Ke 13 : Cara mengkompromikan Firman Allah dalam Surat al-An’am 125.
- Pertanyaan Ke 14 : Tentang Firman Allah Surat ash-Shaffaat 95-96.
- Pertanyaan Ke 15 : Cara menanggapi orang yang berbuat maksiat.
- Pertanyaan Ke 16 : Hikmah adanya kemaksiatan dan kekufuran.
- Pertanyaan Ke 17 : Tentang perdebatan Adam dan Musa.
- Pertanyaan Ke 18 : Apakah dalam qadar Allah ada keburukan?
- Pertanyaan Ke 19 : Bagaimana Allah menetapkan yang tidak disukai-Nya?
- Pertanyaan Ke 20 : Orang yang marah bila ditimpa musibah.
- Pertanyaan Ke 21 : Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang dilapangkan rezeki dan panjang umur.
- Pertanyaan Ke 22 : Hujjah orang yang melakukan maksiat.
- Pertanyaan Ke 23 : Qadha’ dan Qadar dapat membantu keimanan seseorang.
- Pertanyaan Ke 24 : Apakah penyakit ‘ain dapat menimpa manusia?
- Pertanyaan Ke 25 : Perselisihan manusia tentang penyakit ‘ain.
- Pertanyaan Ke 26 : Hukum orang yang tidak mengambil makanan yang jatuh karena takut penyakit ‘ain.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ad-Dailami mendatangi Ubay bin Ka’ab dan berkata, “di hatiku ada ganjalan perihal takdir.” Dengan nada tinggi, sahabat agung ini menjawab:
لو أنفقتَ مثل أُحُد ذَهَبًا ما قَبِلَه الله منك حتى تؤمن بالقدَر
“Demi Allah, seandainya engkau infakkan segunung uhud emas, maka sekali-kali Allah tidak akan menerimanya darimu hingga engkau beriman kepada takdir.”
Kesalahan dalam memahami takdir dapat berakibat fatal, bukan saja dalam perkara yang furu’ namun dalam perkara akidah yang ushul (prinsip). Bisa jadi seseorang tergelincir ke jurang pemahaman qadariyah yang mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi semata-mata usaha manusia ataupun alamiah, tidak ada hubungannya dengan takdir.
Atau kelompok ekstrim lain bemama jabriyah yang mengatakan bahwa manusia dipaksa untuk mengerjakan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah, sehingga tidak ada pilihan ataupun usaha dari hamba.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/111283-tanya-jawab-tentang-qadha-dan-qadar.html